INIlah Puisi Panglima TNI yang Bikin Panas Telinga Presiden Jokowi Dan Kroninya


Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) tidak terima Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengkritik pemerintahan Jokowi saat ini.


“Kalau Panglima bermaksud dengan puisi ini untuk kritik pemerintahan Jokowi, salah alamat deh. Jangan-jangan ibarat menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri,” kata Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira, Selasa (23/5) dikutip dari Tribunnews.


Kata Andreas, harusnya Panglima TNI berbicara tentang ajaran Bung Karno seperti Trisakti dalam membangun bangsa Indonesia.


“Kalau Panglima TNI paham itu, seharusnya, jauh lebih berisi dan bermakna jika panglima berbicara tentang Trisakti, tentang Neokolonialisme-neoimperialisme ajaran Bung Karno. Jauh lebih untuk seorang ksatrya TNI, apalagi panglima,” jelasnya.


Salah alamat kalau puisi itu maksudnya sebagai perlawanan atau kritik Panglima TNI terhadap Pemerintah.


“Wong…situasi ini lahir karena proses sejak orde baru. Justru pemerintah sekarang sedang mengembalikan ke rel Trisakti,” katanya.


Berikut puisi lengkap karya Denny JA, ‘Tapi Bukan Kami Punya” yang dibacakan Gatot:


Sungguh Jaka tak mengerti
Mengapa ia dipanggil polisi
Ia datang sejak pagi
Katanya akan diinterogasi


Dilihatnya Garuda Pancasila
Tertempel di dinding dengan gagah
Terpana dan terdiam si Jaka
Dari mata burung garuda
Ia melihat dirinya
Dari dada burung garuda
Ia melihat desa
Dari kaki burung garuda
Ia melihat kota
Dari kepala burung garuda
Ia melihat Indonesia


Lihatlah hidup di desa
Sangat subur tanahnya
Sangat luas sawahnya
TAPI BUKAN KAMI PUNYA


Lihat padi menguning
Menghiasi bumi sekeliling
Desa yang kaya raya
TAPI BUKAN KAMI PUNYA


Lihatlah hidup di kota
Pasar swalayan tertata
Ramai pasarnya
TAPI BUKAN KAMI PUNYA


Lihatlah aneka barang
Dijual belikan orang
Oh makmurnya
TAPI BUKAN KAMI PUNYA


Jaka terus terpana
Entah mengapa
Menetes air mata
Air mata itu IA YANG PUNYA


-000-



Masuklah petinggi polisi
Siapkan lakukan interogasi
Kok Jaka menangis?
Padahal ia tidak bengis?


Jaka pemimpin demonstran
Aksinya picu kerusuhan
Harus didalami lagi dan lagi
Apakah ia bagian konspirasi?
Apakah ini awal dari makar?
Jangan sampai aksi membesar?


Mengapa pula isu agama
Dijadikan isu bersama?
Mengapa pula ulama?
Menjadi inspirasi mereka?


Dua jam lamanya
Jaka diwawancara
Kini terpana pak polisi
Direnungkannya lagi dan lagi


Terngiang ucapan Jaka
Kami tak punya sawah
Hanya punya kata
Kami tak punya senjata
Hanya punya suara


Kami tak tamat SMA
Hanya mengerti agama
Tak kenal kami penguasa
Hanya kenal para ulama


Kami tak mengerti
Apa sesungguhnya terjadi
Desa semakin kaya
Tapi semakin banyak saja
Yang BUKAN KAMI PUNYA


Kami hanya kerja
Tapi mengapa semakin susah?
Kami tak boleh diam
Kami harus melawan
Bukan untuk kami
Tapi untuk anak anak kami


-000-


Pulanglah itu si Jaka
Interogasi cukup sudah
Kini petinggi polisi sendiri
Di hatinya ada yang sepi


Dilihatnya itu burung garuda
Menempel di dinding dengan gagah
Dilihatnya sila ke lima
Keadian sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


Kini menangis itu polisi
Cegugukan tiada henti


Dari mulut burung garuda
Terdengar merdu suara
Lagu Leo kristi yang indah
Salam dari Desa
Terdengar nada:
“Katakan padanya padi telah kembang
Tapi BUKAN KAMI PUNYA”


Mei 2017 (SN/GR)


Komentar